Jumat, 14 September 2012
Kali Krukut Segera Dinormalisasi Kamis, 30 September 2010 | 09:33 WIB KOMPAS/DANU KUSWORO Petugas membersihkan sampah di Kali Krukut TERKAIT: * Enggak Hujan, Kok Banjir? * Krukut dan Pesanggrahan Akan Dikeruk * Kali Krukut Masih Rawan Banjir * Kali Krukut dan Pesanggrahan Meluap JAKARTA, KOMPAS.com - Kali Krukut yang melintasi wilayah Jakarta Selatan saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Lebar kali yang semula mencapai 20 meter, menyusut separuhnya atau tinggal 10 meter saja. Akibatnya, saat turun hujan atau datang kiriman air dari Bogor, kali selalu meluap dan merendam permukiman warga di sekitar kali. Untuk itu, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan, berencana melakukan normalisasi Kali Krukut tahun ini. Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Anas Effendi, mengatakan, selain mengalami penyempitan, Kali Krukut juga mengalami pendangkalan. Hal itu terjadi karena banyak warga yang membangun rumah di sekitar bantaran kali. Beberapa daerah yang dilintasi Kali Krukut, yakni Petogogan, Kemang, Tarakanita, dan beberapa daerah lainnya selama ini selalu menjadi langganan banjir. "Penyempitan kali karena banyak warga yang mematok dan mereklamasi bantaran, sehingga kali tidak mampu menampung debit air saat hujan turun," kata Anas, Kamis (30/9/2010). Sepuluh tahun silam, Kali Krukut cukup lebar sehingga air mengalir dari hulu ke hilir tidak terhambat. "Sebelum dilakukan normalisasi kami melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada warga Kecamatan Kebayoran Baru dan Kecamatan Cilandak yang kemungkinan akan terkena proyek normalisasi," kata Anas. Pelaksana Harian Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air, Yayat Hidayat, mengungkapkan, normalisasi Kali Krukut akan dilakukan mulai dari Jalan Tendean tepatnya dekat sekolah Tarakanita, Jalan TB Simatupang, sampai dengan Jalan Gatot Subroto. "Pelebaran kali akan mengikuti alur kali yang ada, jadi tidak diukur lurus. Nanti kami memberi tanda dan menginventarisasi badan kali yang telah dipatok oleh warga. Pendataan akan dilakukan bersama camat setempat," ujar Yayat. Mahaga (45), warga Pulo Raya, Kelurahan Petogogan, mempertanyakan keseriusan Pemkot Administrasi Jakarta Selatan dalam mengatasi banjir di wilayahnya. Karena selama dia tinggal di daerah tersebut pada awal 1980-an selalu saja tergenang banjir. Tepatnya setelah rawa di daerah Wijaya berubah menjadi perumahan mewah. Puncaknya saat perumahan Kintamani dibangun, maka setiap hujan turun daerah Petogogan selalu kebanjiran. "Jadi kalau memang serius, kembalikan juga fungsi resapan yang ada di Jakarta Selatan. Periksa dan awasi analisa mengenai dampak lingkungan," ungkapnya.
Langganan:
Postingan (Atom)